Rabu, 12 Februari 2025

Murianews, Kudus – Siapa sangka, di balik kelezatan rempeyek—camilan gurih yang akrab di lidah masyarakat Indonesia—tersimpan kisah sejarah yang menarik. Rempeyek, atau sering disebut peyek oleh masyarakat Jawa, ternyata tak sekadar makanan pendamping.

Dengan campuran tepung beras, tepung kanji, dan beragam topping seperti kacang tanah, kedelai, teri, atau udang, rempeyek mencerminkan kreativitas kuliner. Selain itu juga mengakar pada tradisi yang menyimpan nilai historis yang jarang diketahui.

Rempeyek ternyata sudah eksis sejak abad ke-16, di masa Kesultanan Mataram. Dalam catatan sejarah di berbagai sumber, rempeyek dikisahkan muncul saat perjalanan Ki Ageng Pamanahan ke Alas Mentaok atas perintah Sultan Hadiwidjaya.

Perjalanan panjang rombongan Ki Ageng Pamanahan dari Surakarta menuju hutan belantara yang kelak menjadi wilayah Yogyakarta ini membawa cerita tentang pertemuan mereka di tepian Sungai Opak.

Di sinilah Ki Ageng dan rombongan disambut oleh Ki Gede Karanglo, yang mempersilakan mereka beristirahat di rumahnya. Untuk menjamu para tamu, tuan rumah menyajikan hidangan sederhana berupa nasi putih, sayur pecel, dan rempeyek.

Di tengah rasa lelah, makanan tersebut bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga memperkenalkan rasa baru yang memikat. Rempeyek, dengan rasa asin dan tekstur renyahnya, menjadi pelengkap sempurna untuk hidangan utama yang sederhana.

Konon, nama rempeyek diyakini berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Jawa. Dua kata itu adalah rempah dan jiyek, yang kemudian menjadi rempeyek.

Rempah dan Jiyek...

  • 1
  • 2

Komentar

Terpopuler