Suru memiliki fungsi seperti sendok. Bedanya, suru terbuat dari daun pisang. Sedangkan sendok terbuat dari logam atau plastik.
Selain suru, warung opor sunggingan masih menggunakan daun pisang sebagai alas. Daun pisang itu dilampirkan di atas piring sebagai wadah bagi opor ayamnya.
Lokasi warung makan opor sunggingan berada di Jalan Nitisemito, Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus atau sebelah timur Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kudus.
Siti Sundari, generasi kedua opor sunggingan Kudus menjelaskan, dirinya memang menjaga tradisi penggunaan suru. Hal tersebut sudah dilakukannya sejak tahun 1965.
”Masih kami pertahankan. Termasuk alas daun pisang di atas piring juga masih kami pakai,” katanya, Senin (5/6/2023).
Menurutnya, suru lebih ramah lingkungan. Selain itu juga mampu menambah cita rasa saat dario aroma daun pisang. ”Surunya kan sekali buang. Jadi ramah lingkungan,” sambungnya.Dalam sehari sebanyak 200 hingga 300 porsi opor sunggingan habis terjual. Pihaknya menggunakan 20 ekor ayam kampung per harinya.”Buka setiap hari mulai pukul 06.30 WIB sampai 14.00 WIB. Kalau ramai bisa sampai 300 porsi. Setiap hari juga pasti habis,” terangnya.
Satu porsi opor sunggingan tersebut dirasa cukup untuk porsi orang dewasa. Harga satu porsinya yakni Rp 18 ribu. Editor: Ali Muntoha
Murianews, Kudus – Warung opor sunggingan menjadi salah satu kuliner Kudus, Jawa Tengah, yang cukup terkenal. Opor sunggingan yang disajikan menggunakan suru daun pisang sebagai pengganti sendok, menjadi ciri khasnya.
Suru memiliki fungsi seperti sendok. Bedanya, suru terbuat dari daun pisang. Sedangkan sendok terbuat dari logam atau plastik.
Selain suru, warung opor sunggingan masih menggunakan daun pisang sebagai alas. Daun pisang itu dilampirkan di atas piring sebagai wadah bagi opor ayamnya.
Lokasi warung makan opor sunggingan berada di Jalan Nitisemito, Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus atau sebelah timur Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kudus.
Siti Sundari, generasi kedua opor sunggingan Kudus menjelaskan, dirinya memang menjaga tradisi penggunaan suru. Hal tersebut sudah dilakukannya sejak tahun 1965.
”Masih kami pertahankan. Termasuk alas daun pisang di atas piring juga masih kami pakai,” katanya, Senin (5/6/2023).
Baca: Opor Sunggingan Kudus, Istimewa karena Ayamnya Dipanggang
Menurutnya, suru lebih ramah lingkungan. Selain itu juga mampu menambah cita rasa saat dario aroma daun pisang. ”Surunya kan sekali buang. Jadi ramah lingkungan,” sambungnya.
Dalam sehari sebanyak 200 hingga 300 porsi opor sunggingan habis terjual. Pihaknya menggunakan 20 ekor ayam kampung per harinya.
”Buka setiap hari mulai pukul 06.30 WIB sampai 14.00 WIB. Kalau ramai bisa sampai 300 porsi. Setiap hari juga pasti habis,” terangnya.
Baca: Es Pelopor yang Terkenal di Magelang Kini Hadir di Kudus
Satu porsi opor sunggingan tersebut dirasa cukup untuk porsi orang dewasa. Harga satu porsinya yakni Rp 18 ribu.
Editor: Ali Muntoha