Tetapi banyak yang belum tentu mengetahui, bagaimana penhargaan Michelin Star ini bermula, hingga diakui di seluruh dunia, sebagai salah satu standart restauran atau kuliner di muka bumi. Siapa sangka, penghargaan yang kini menjadi tolok ukur tertinggi dalam dunia kuliner justru lahir dari sebuah perusahaan ban?
Cerita ini bermula pada tahun 1900 di Prancis, ketika Andre dan Edouard Michelin, pendiri perusahaan ban Michelin, merilis sebuah panduan kecil untuk para pengendara mobil. Tujuannya sederhana, membantu para pengemudi menemukan tempat perbaikan kendaraan, penginapan, hingga restoran di sepanjang perjalanan mereka.
Namun, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap wisata dan kuliner, panduan tersebut mulai menyertakan rekomendasi restoran dengan kualitas terbaik. Pada tahun 1926, Michelin untuk pertama kalinya memberikan tanda bintang kepada restoran yang dianggap istimewa.
Lima tahun kemudian, sistem penilaian satu hingga tiga bintang diperkenalkan oleh Michelin. Sehingga sejak saat itu, dunia kuliner tak lagi sama. Mereka mengejar pengakuan dengan berusaha memberikan layanan kuliner terbaik dan berkualitas dengan mendapatkan Michelin Star.
Sampai saat ini, Michelin Star telah berubah menjadi sebuah penghargaan prestisius bagi retauran, kuliner dan pelaku usaha kuliner yang diakui dan terpercaya. Michelin Star berkembang menjadi sebuah lembaga, yang memiliki sistem penilaian rumit, terukur dan dipercaya untuk sebuah restauran dan tentu saja kuliner yang disajikannya.
Murianews, Kudus – Bagi siapa pun yang menekuni dunia kuliner, terutama calon chef profesional, nama Michelin Star terdengar seperti mimpi yang ingin diwujudkan. Sama halnya seperti Piala Oscar di industri film, bintang Michelin menjadi penghargaan paling bergengsi yang diperebutkan banyak restoran.
Di balik satu bintang kecil bernama Michelin Star yang melekat pada nama restoran, tersimpan sejarah panjang, dedikasi tanpa henti, dan standar kesempurnaan yang luar biasa tinggi. Ya, Michelin Star adalah bentuk pengakuan tentang kualitas restauran atau kuliner yang diakui dunia. Dirangkum dari ncsaindonesia.com, berikut artikel tentang Michelin Star, penhargaan prestisius untuk dunia kuliner dan restauran.
Tetapi banyak yang belum tentu mengetahui, bagaimana penhargaan Michelin Star ini bermula, hingga diakui di seluruh dunia, sebagai salah satu standart restauran atau kuliner di muka bumi. Siapa sangka, penghargaan yang kini menjadi tolok ukur tertinggi dalam dunia kuliner justru lahir dari sebuah perusahaan ban?
Cerita ini bermula pada tahun 1900 di Prancis, ketika Andre dan Edouard Michelin, pendiri perusahaan ban Michelin, merilis sebuah panduan kecil untuk para pengendara mobil. Tujuannya sederhana, membantu para pengemudi menemukan tempat perbaikan kendaraan, penginapan, hingga restoran di sepanjang perjalanan mereka.
Namun, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap wisata dan kuliner, panduan tersebut mulai menyertakan rekomendasi restoran dengan kualitas terbaik. Pada tahun 1926, Michelin untuk pertama kalinya memberikan tanda bintang kepada restoran yang dianggap istimewa.
Lima tahun kemudian, sistem penilaian satu hingga tiga bintang diperkenalkan oleh Michelin. Sehingga sejak saat itu, dunia kuliner tak lagi sama. Mereka mengejar pengakuan dengan berusaha memberikan layanan kuliner terbaik dan berkualitas dengan mendapatkan Michelin Star.
Sampai saat ini, Michelin Star telah berubah menjadi sebuah penghargaan prestisius bagi retauran, kuliner dan pelaku usaha kuliner yang diakui dan terpercaya. Michelin Star berkembang menjadi sebuah lembaga, yang memiliki sistem penilaian rumit, terukur dan dipercaya untuk sebuah restauran dan tentu saja kuliner yang disajikannya.
Sistem Penilaian...
Sistem penilaian Michelin Star sangat ketat dan dirahasiakan. Para inspektur Michelin Star yang menilai restoran bekerja secara anonim, datang seperti pelanggan biasa, dan menilai pengalaman mereka tanpa campur tangan pihak restoran.
Berikut makna dari setiap tingkat bintang Michelin (Michelin Star):
- Satu Bintang Michelin Star: Restoran yang sangat baik di kategorinya — layak untuk dikunjungi.
- Dua Bintang Michelin Star: Restoran dengan masakan luar biasa — pantas untuk melakukan perjalanan khusus demi mencicipinya.
- Tiga Bintang Michelin Star: Restoran dengan hidangan yang luar biasa dan unik — destinasi kuliner yang wajib dikunjungi setidaknya sekali seumur hidup.
Meski rasa menjadi jantung dari setiap hidangan, Michelin Star menilai jauh lebih dalam. Ada beberapa kriteria utama yang diperhatikan oleh Michelin Star dalam memberikan penilaian terhadap restauran atau kuliner yang ada.
Kriteria Penilaian Michelin Star:
- Kualitas bahan baku: Hanya yang terbaik, segar, dan diolah dengan sempurna.
- Teknik dan keahlian memasak: Kemampuan chef dalam menonjolkan karakter bahan dengan presisi.
- Harmonisasi rasa: Keseimbangan rasa yang konsisten di setiap hidangan.
- Kreativitas dan keunikan: Inovasi tanpa mengorbankan cita rasa.
- Konsistensi: Baik dalam rasa, penyajian, maupun pelayanan, dari hari ke hari.
Hasil Kerja Keras...
Dengan kata lain, Michelin Star bukan hanya milik sang chef, melainkan juga hasil kerja keras seluruh tim. Mulai dari dari dapur hingga pelayan, dari manajer hingga penyusun menu.
Meraih Michelin Star bisa mengubah segalanya. Restoran yang dulunya tenang bisa tiba-tiba menjadi tempat ziarah kuliner internasional. Tidak mengherankan jika akhirnya banyak restauran atau chef menginginkan penghargn ini.
Beberapa dampak positif yang sering dirasakan setelah menerim penghargaan Michelin Star:
- Reputasi global meningkat pesat, nama restoran langsung dikenal luas di dunia kuliner.
- Kenaikan jumlah pelanggan dan omzet, banyak orang rela antre atau bahkan bepergian ke negara lain demi mencoba restoran berbintang.
- Harga menu meningkat, Bintang Michelin menjadi jaminan eksklusivitas dan kualitas premium.
- Peluang kolaborasi, restoran berbintang Michelin Star sering dilirik untuk proyek khusus bersama hotel mewah, merek makanan, hingga acara televisi.
Namun, di balik gemerlap prestise, ada juga beban berat. Chef dan tim harus menjaga kualitas tanpa cela setiap saat, karena kehilangan satu bintang Michelin Star bisa terjadi kapan saja. Beberapa koki bahkan mengaku tekanan itu membuat mereka lebih gugup daripada saat pertama kali meraih bintang Michelin Star.
Kini, Michelin Guide sebagai lembaga yang mengurusi Michelin Star telah berkembang ke berbagai negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Termasuk Thailand, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan beberapa kota besar lainnya.
Kehadiran bintang Michelin Star di sebuah negara sering dianggap sebagai bukti bahwa dunia mulai mengakui kekayaan kuliner lokal mereka. Lebih dari sekadar penghargaan, Michelin Star adalah simbol dedikasi, ketelitian, dan cinta terhadap seni memasak.
Peghargaan Michelin Star bukan hanya soal rasa, tapi juga tentang pengalaman menyeluruh. Mulai dari aroma yang memikat, penyajian yang indah, hingga pelayanan yang berkelas.
Namun proses untuk mendapatkan bintang Michelin Star tidak mudah. Dibutuhkan kerja keras, kreativitas tanpa henti, dan kesempurnaan yang konsisten. Namun, bagi mereka yang benar-benar mencintai dunia kuliner, penghargaan ini bukan sekadar lambang prestise, melainkan pengakuan tertinggi atas dedikasi dan jiwa seni dalam setiap piring yang disajikan.