Selasa, 18 November 2025

Murianews, Kudus – Ternyata, banyak dari masyarakat yang salah kaprah dalam menyajikan nasi tumpeng. Penyajian dengan potong tumpeng atau memotong bagian puncaknya ternyata sangat dilarang.

Pakar gastronomi sekaligus guru besar UGM Murdijati Gardjito mengatakan, nasi tumpeng bukan sekadar makanan perayaan, melainkan ada filosofi mendalam.

Bentuk kerucut pada nasi tumpeng merupakan simbol Gunung Mahameru. Kemudian, puncak tumpeng merupakan simbol Tuhan Yang Maha Esa, dan bagian bawah yakni manusia dengan segala kelakuannya.

Jadi, ada alasan bagian puncak tumpeng tidak bolah dipotong sembarangan. Sebab itu merupakan lambang hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

”Kalau kita langsung potong puncaknya itu artinya memotong hubungan spiritual kita dengan Sang Pencipta. Maka, cara itu dianggap tidak sesuai dengan nilai luhur tumpeng,” ujarnya, seperti dikutip dari kabarjawa.com, Sabtu (21/6/2025).

Memakan tumpeng dengan memotong bagian puncaknya lebih dulu ternyata salah kaprah. Cara itu ternyata baru muncul belakangan setelah masuknya budaya barat.

”Itu karena pengaruh budaya barat yang biasa memotong kue dari bagian atas. Padahal tumpeng bukan kue ulang tahun. Tumpeng itu penuh makna dan harus dihormati,” tambahnya.

Cara Makan yang Benar... 

  • 1
  • 2

Komentar

Kuliner Terkini

Terpopuler