Salah satu kuliner yang lagi naik daun adalah tiwul lava Merapi. Meski namanya terdengar agak seram namun kuliner ini rasanya maknyus.
Adalah Mura Aristina dan istrinya, Linda Purwaningsih, warga Dusun Bumen, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang yang meramu tiwul menjadi makanan enak dengan berbagai varian rasa. Salah satunya, tiwul lava Merapi.
Dalam penyajiannya agar menarik konsumen, tiwul yang sudah matang dan siap dihidangkan atau dibawa pulang, di atas hidangan tiwul beri toping seduhan gula Jawa, yang bakal lumer ketika diiris. Kata banyak orang, menyerupai kubah lava Gunung Merapi yang meleleh.
”Lalu konsumen menyebutnya tiwul lava Merapi,” ujar Mura, dilansir dari laman Pemkab Magelang.
Kini, makanan tradisional yang terbuat dari tepung gaplek singkong tersebut, menjadi makanan yang dijual untuk para pecinta dan penikmat makanan tiwul.
Dari sekian varian rasa tiwul, ternyata banyak konsumen yang suka tiwul lava Merapi. Varian rasa lava Merapi tersebut berupa juruh (cairan kental gula jawa) yang dituangkan di bagian atas pucuk tiwul yang atasnya berlubang.
Mura menjelaskan proses pembuatan tiwul dengan bahan baku tepung yang terbuat dari gaplek (ketela kering) dan kelapa parut, dicampur dengan gula Jawa.
Murianews, Magelang – Selain punya destinasi wisata menawan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dikenal punya beragam kuliner menarik dan layak dicicipi.
Salah satu kuliner yang lagi naik daun adalah tiwul lava Merapi. Meski namanya terdengar agak seram namun kuliner ini rasanya maknyus.
Adalah Mura Aristina dan istrinya, Linda Purwaningsih, warga Dusun Bumen, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang yang meramu tiwul menjadi makanan enak dengan berbagai varian rasa. Salah satunya, tiwul lava Merapi.
Dalam penyajiannya agar menarik konsumen, tiwul yang sudah matang dan siap dihidangkan atau dibawa pulang, di atas hidangan tiwul beri toping seduhan gula Jawa, yang bakal lumer ketika diiris. Kata banyak orang, menyerupai kubah lava Gunung Merapi yang meleleh.
”Lalu konsumen menyebutnya tiwul lava Merapi,” ujar Mura, dilansir dari laman Pemkab Magelang.
Kini, makanan tradisional yang terbuat dari tepung gaplek singkong tersebut, menjadi makanan yang dijual untuk para pecinta dan penikmat makanan tiwul.
Dari sekian varian rasa tiwul, ternyata banyak konsumen yang suka tiwul lava Merapi. Varian rasa lava Merapi tersebut berupa juruh (cairan kental gula jawa) yang dituangkan di bagian atas pucuk tiwul yang atasnya berlubang.
Mura menjelaskan proses pembuatan tiwul dengan bahan baku tepung yang terbuat dari gaplek (ketela kering) dan kelapa parut, dicampur dengan gula Jawa.
Terinspirasi Gunung Merapi...
Kemudian dikukus dalam kukusan yang terbuat dari anyaman bambu diletakkan di atas ceret berisi air yang direbus menggunakan kompor gas, lalu ditunggu dengan waktu sekitar 10 menit sudah matang.
”Sebenarnya, berjualan tiwul kami lakukan sejak pandemi Covid 19. Saat Covid, sektor pariwisata jatuh dan terpuruk, tidak ada wisatawan yang datang. Jika tidak ada pandemi covid, mungkin kami tidak buka usaha tiwul. Artinya kami selalu berprasangka baik, ada semangat dan ide bersama istri membuat usaha tiwul,” ujar Mura yang juga bekerja di Balai Konservasi Candi Borobudur tersebut.
Makanan tradisional tiwul mendapatkan sempat kepercayaan menjadi salah satu makanan dalam jamuan acara Tour de Borobudur 2023. Harga tiwul dibandrol dengan harga antara Rp 25.000-Rp28.000.
Seorang pecinta kuliner asal Cilacap, Heru Utama saat mencicipi tiwul mengatakan, sebenarnya tiwul adalah makanan khas yang biasa ditemui di banyak wilayah di Jawa Tengah. Tapi tiwul yang disajikan ini tampil beda. Karena menawarkan inovasi dalam bentuk tiwul berupa tumpeng yang menyerupai Gunung Merapi.
”Luar biasa inovasinya, sangat legit dan enak. Apalagi saat membuatnya terinspirasi Gunung Merapi, merupakan gunung teraktif di Indonesia,” katanya.