Warungnya berukuran empat meter persegi, di depan dan samping penjual terdapat kursi panjang tempat pelanggan duduk. Tidak ada sekat, hanya satu ruangan kotak. Meski sederhana, nyatanya tata letak yang seperti ini justru lebih mengakrabkan penjual dan pembeli.
Dalam sehari, warung usaha keluarga yang kini di kelola oleh Sugiarto ini bisa menjual 500 sampai 700 porsi es dawet. Satu gelasnya dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau yakni Rp 7.000 per porsi.
Es dawet Moro Seneng sendiri sudah berdiri dari generasi dan menjangkau semua lapisan masyarakat mulai dari pelajar, pedagang hingga wisatawan lokal yang datang ke pasar.
Sugiarto sebagai penerus usaha pun menceritakan sepenggal kisah dari warung Es Dawet Moro Seneng itu.
Dia mengatakan jika warungnya ini merupakan warisan dari ayahnya yang meninggal pada tahun 1993. Konon warung ini sudah ada sejak tahun 1970 dimulai dari berjualan sambil dipikul, selain itu juga pernah berjualan sambil naik sepada unta.
Murianews, Kudus – Salah satu kuliner legend yang bisa kamu temui di Pasar Kliwon Kudus, Jawa Tengah adalah Es Dawet Moro Seneng. Lokasinya berada di Gang Jayan, Mlati Lor. Atau tepatnya sebelah timur Pasar Kliwon.
Warungnya berukuran empat meter persegi, di depan dan samping penjual terdapat kursi panjang tempat pelanggan duduk. Tidak ada sekat, hanya satu ruangan kotak. Meski sederhana, nyatanya tata letak yang seperti ini justru lebih mengakrabkan penjual dan pembeli.
Es Dawet Moro Seneng menyediakan dua varian menu sirup. Yakni rasa frambos dan gula aren. Kombinasi rasa manis dari sirup, gurihnya santan dan segarnya es menyatu dalam satu gelas yang mampu meredakan dahaga ditengah cuaca Kudus yang sedang terik.
Dalam sehari, warung usaha keluarga yang kini di kelola oleh Sugiarto ini bisa menjual 500 sampai 700 porsi es dawet. Satu gelasnya dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau yakni Rp 7.000 per porsi.
Es dawet Moro Seneng sendiri sudah berdiri dari generasi dan menjangkau semua lapisan masyarakat mulai dari pelajar, pedagang hingga wisatawan lokal yang datang ke pasar.
Sugiarto sebagai penerus usaha pun menceritakan sepenggal kisah dari warung Es Dawet Moro Seneng itu.
Dia mengatakan jika warungnya ini merupakan warisan dari ayahnya yang meninggal pada tahun 1993. Konon warung ini sudah ada sejak tahun 1970 dimulai dari berjualan sambil dipikul, selain itu juga pernah berjualan sambil naik sepada unta.
Dua cabang...
Dan sampai sekarang berada titik dimana sudah mempunyai dua cabang, yang pertama di dalam pasar kliwon, dan yang kedua di gang jayan.
Rahasia keawetan usahanya ini adalah tetap menjaga kualitas. Resep yang dipakai tetap sama sejak tahun 1970.
”Yang membuat tetap bertahan ya kita jaga kualitas, dan pasrahlah pada semesta rezeki pasti sudah ada yang ngatur,” jelas Sugiarto.
Warung Moro Seneng total memiliki enam karyawan. Dua membantu berjualan di dalam pasar, tiga membantu berjualan di gang jayan, dan satu lagi membantu di rumah khusus masak dawet.
Untuk jam buka, Kedai Es Dawet Moro Seneng melayani pelanggan mulai pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB.
”Harapan saya kedepan bisa membuka cabang, agar anak saya nanti bisa melanjutkan usaha ini seperti yang diwariskan oleh orang tua saya dulu,” ujarnya.
Penulis: Dhiya Raudlotul Asfa (Mahasiswa PPL UIN Sunan Kudus)
Editor: Anggara Jiwandhana